Nama :
Vania Almira
Kelas : 2PA16
NPM :
19513089
Tugas ke 3
A. Hubungan
Interpersonal
1. Model-model hubungan interpersonaL
Hubungan Interpersonal
Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu
kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu
dapat dilakukandalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi
sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau
interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan
hubungan interpersonal. Dalam bagian ini perlu diketahui tentang pengertian hubungan
interpersonal, tahap-tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor yang
menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal,teori-teori
hubungan interpersonal dan ciri-ciri hubungan interpersonal yang baik. Hubungan
interpersonaladalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang
melandasi komunikasi interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat
persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Komunikasi yang efektif
ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder
terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan
menjadi rusaak. “komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur,
tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting,” Anita
taylor et al. (1977:1987). Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat
kecil saja bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang
paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari
kegagalan, jika terjadi hubungan yang jelek. Setiap kali kita melakukan komunikasi,
kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga menentukan kadar
hubungan interpersonal, bukan hanya menentukan “content” tetapi juga
“relationship”. Bukan hanya menyampaikan isi, tetapi juga mendefinisikan
hubungan interpersonal. Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan
interpersonal telah dikemukakan Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an.
Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Watzlawick, Beavin, dan
Jackson (1067) dengan buku mereka Pragmatics of Human Communication. Mereka
melahirkan istilah baru untuk menunjukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi
ini.
Model Pertukaran dan Analisis
Transaksional
1. Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang.
Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini,
menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. “ Ganjaran, biaya, laba, dan
tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran
adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegannya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang
lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.buat orang
kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga dari pada uang. Buat orang
miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih
memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan. Biaya adalah
akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat
berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan
kondisi-kondisi lain yang dapat menhabiskan sumberkekayaan individu atau dapat
menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun
berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
2. Model Analisis Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi
individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini
menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan
dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses
terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien.
Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan
sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Memulai Hubungan
1. pembentukan kesan
Menurut sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas
orang lain berdasarkan informasi yang terbatas.
Evaluasi : Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling
penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan
dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan
gabungan tentang orang lain.
Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap
orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara
keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu
model penyamarataan dan model menambahkan. Konsistensi.
Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif
terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita
cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.
Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan
menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.
2. Ketertarikan Interpersonal
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal
Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara member ganjaran sebagai penguatan dari
tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah
persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung
menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada
penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada
kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai
keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang
kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).
Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman
yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan
pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua
hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik
(kepribadian, intelegensi, minat dan hobby), para ahli mengidentifikasikan
beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain
yaitu ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarikfisik.
Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat,
hoby, latar belakang, dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal
berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai
kesamaan disebut sebagai “prinsip kesesuaian” (match principle).
Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat
menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat mningkatkan
keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang
disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana
keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita
terhadap orang lain.
Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua
orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka.
Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan daya tarik
interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua,
kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk
tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal, dan selanjutnya
kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor ketiga adalah
bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang
jauh (Sears dkk. 1992).
Hubungan Peran
Model Peran
Terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan
model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran
mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan
isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa
sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai
situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran,
para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari
respons orang lain.
Kedua, bermain peran
memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak
dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk
mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis
bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat
perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan
psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi
setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan
integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan
keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya,
dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,
sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat
penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian,
para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional.
Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai
masalah yang sedang dihadapi.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah
intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya.
Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the
presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua
pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah
pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain
sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing.
Substantive conflicts merupakan perselisihan yang
berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi,
distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak
simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi
(personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling
berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam
sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang
tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Intimacy dan
Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional
: keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai,
kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang
mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang
dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat,
menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan
dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang
yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan
dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama
adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman
berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman
adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng
kita kepada pasangan kita..
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai,
dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan
kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana
belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah
penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan
karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh;
(2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki
pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat
dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus
. Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.
B. CINTA DAN PERKAWINAN
1.Memilih Pasangan
Menikah mengandung tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan
hidup juga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW
telah memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang
tepat dan islami. Insya Allah tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
A. Beberapa kriteria memilih calon istri
1. Beragama islam (muslimah). Ini adalah syarat
yang utama dan pertama.
2. Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak
baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
3. Memiliki dasar pendidikan Islam yang
baik. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu
berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT.
Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
4. Memiliki sifat penyayang. Wanita yang penuh
rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
5. Sehat secara fisik. Wanita yang sehat akan
mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan
ibu yang baik.
6. Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan anak.
Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena
itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan
banyak anak.
7. Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis
terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk
memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.
B. hubungan dalam perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda
kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian.
Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan
dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan
kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai
begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau
kehidupan berkeluarga antara lain:
·
Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·
Perbedaan
watak.
·
Temperamen
dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
·
Ketidakpuasan
dalam hubungan seks.
·
Kejenuhan
rutinitas.
·
Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·
Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·
Masalah
harta warisan.
·
Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
·
Domonasi dan
intervensi orang tua atau mertua.
·
Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu
masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi
tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah
yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah
yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang
kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti
itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi
yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga
yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun
kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring
berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin
jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi
harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan
berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang
pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian
menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat
ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif
untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan
perceraian.
C.
Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup
yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah
perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan
banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta
terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu
saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau
persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam
sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam
sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan
mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
D.
Perceraian dan pernikahan kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah
indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru
banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi
keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk
menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka
tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya
kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena
kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil
keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah
setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki
kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak
faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau
daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang
telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia
yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih
penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu
menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu
mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman
menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. alternative
selain pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah?
Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan
jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum
bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang
kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap
hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi
tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang,
seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat
seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata
dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul,
memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single
adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih
berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang
lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan
seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas
kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup
melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga
promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih
bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang
lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap
melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki
kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika
sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga
memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada
kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena
terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga
sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak
mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai.
Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya
sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada
keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat
yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia
sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya,
tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang
biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul
dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari
pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua
mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut,
sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga
untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah
atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik
tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga
mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka
dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak
yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh
yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai
lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan
terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa
lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di
hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati
posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang
mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup
sendiri.